Mengenal Stoikisme, Filosofi yang Mengajarkan Hidup Tenang dan Lebih Bahagia

Apa Itu Stoikisme

Dalam hidup, kita pasti akan menghadapi berbagai macam tantangan dan masalah. Hal ini bisa membuat kita merasa stres, cemas, dan bahkan depresi. Jika kamu merasa begitu, mungkin kamu bisa mencoba mempelajari stoikisme.


Stoikisme adalah aliran filsafat Yunani kuno yang mengajarkan tentang bagaimana kita bisa hidup dengan tenang dan bijak, bahkan di tengah-tengah kesulitan. Filosofi ini telah dipraktikkan oleh banyak orang selama berabad-abad, dan terbukti dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita.

Pada artikel ini, kita akan membahas apa itu stoikisme, apa saja prinsip-prinsipnya, bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta kelebihan dan kekurangannya.

Apa itu stoikisme?

Stoikisme adalah aliran filsafat yang berasal dari Yunani kuno, yang didirikan oleh Zeno dari Citium pada abad ke-3 SM. Nama stoikisme berasal dari kata “stoa”, yang berarti “serambi” atau “kolom”, tempat para stoik berdiskusi dan mengajar.

Stoikisme berkembang selama beberapa abad, dan mencapai puncaknya pada zaman Romawi, dengan tokoh-tokoh seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius.

Stoikisme adalah filsafat praktis, yang berfokus pada bagaimana cara hidup dengan baik, bukan hanya dengan berpikir dengan baik. Stoikisme mengajarkan bahwa hal-hal yang terjadi di luar kendali kita tidak perlu membuat kita khawatir, marah, atau sedih, karena kita tidak bisa mengubahnya.

Yang penting adalah bagaimana kita merespon dan bersikap terhadap hal-hal tersebut, karena itu adalah hal yang bisa kita kendalikan.

Stoikisme juga mengajarkan bahwa kita harus hidup sesuai dengan alam, yaitu dengan mengikuti hukum-hukum rasional dan moral yang ada di alam semesta.

Prinsip-prinsip stoikisme

Stoikisme memiliki beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan bagi cara pandang dan cara hidup para stoik.

Berikut adalah beberapa prinsip stoikisme yang paling penting:

Pikiran rasional

Stoikisme menganggap bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berpikir secara rasional, dan bahwa pikiran rasional adalah sumber kebaikan dan kebahagiaan.

Dengan menggunakan pikiran rasional, kita bisa memahami alam semesta, mengenali apa yang baik dan buruk bagi kita, dan mengambil keputusan yang bijak.

Kontrol diri

Stoikisme mengajarkan bahwa kita harus mengendalikan diri kita sendiri, dan tidak terpengaruh oleh emosi-emosi negatif seperti takut, marah, iri, atau tamak.

Emosi-emosi negatif ini disebut sebagai “passion” oleh para stoik, yang berarti “penderitaan” atau “penyakit jiwa”. Emosi-emosi negatif ini mengganggu pikiran rasional kita, dan membuat kita bertindak secara tidak sesuai dengan alam.

Indiferensia

Stoikisme mengajarkan bahwa ada dua jenis hal di dunia ini. Yaitu hal-hal yang bergantung pada kita, dan hal-hal yang tidak bergantung pada kita. Hal-hal yang bergantung pada kita adalah pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Hal-hal yang tidak bergantung pada kita adalah segala sesuatu yang ada di luar diri kita, seperti kesehatan, kekayaan, reputasi, atau nasib.

Kemudian hal-hal yang tidak bergantung pada kita disebut sebagai “indiferensia” oleh para stoik, yang berarti “tidak penting” atau “tidak berharga”. Hal-hal ini tidak perlu membuat kita khawatir, marah, atau sedih, karena kita tidak bisa mengubahnya. Yang perlu kita lakukan adalah menerima hal-hal ini dengan tenang, dan fokus pada hal-hal yang bergantung pada kita.

Eudaimonia

Stoikisme mengajarkan bahwa tujuan hidup manusia adalah mencapai eudaimonia, yang berarti “kebahagiaan” atau “kesejahteraan”. Eudaimonia bukanlah sesuatu yang bisa didapatkan dari hal-hal luar, seperti uang, kekuasaan, atau kesenangan.

Eudaimonia adalah sesuatu yang berasal dari dalam diri kita, yaitu dari kebajikan, kebijaksanaan, dan keharmonisan dengan alam. Dengan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip stoikisme, kita bisa mencapai eudaimonia, dan hidup dengan baik.

Prinsip-prinsip stoikisme
ilustrasi: unsplash

Contoh-contoh stoikisme

Stoikisme bukanlah filsafat yang abstrak, melainkan filsafat yang praktis, yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah beberapa contoh-contoh stoikisme yang bisa kita tiru atau pelajari:

Menerima apa yang terjadi

Stoikisme mengajarkan kita untuk menerima apa yang terjadi, baik itu hal yang baik maupun hal yang buruk. Kita tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi, tetapi kita bisa mengendalikan cara kita menanggapinya. Misalnya, ketika kita mengalami kegagalan, kita bisa memilih untuk merasa sedih atau kecewa, tetapi kita juga bisa memilih untuk belajar dari kegagalan tersebut dan menjadi lebih baik.

Tidak menyalahkan orang lain

Stoikisme mengajarkan kita untuk tidak menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi. Kita bertanggung jawab atas tindakan kita sendiri, dan kita tidak bisa mengendalikan tindakan orang lain. Misalnya, ketika kita ditipu oleh seseorang, kita bisa memilih untuk marah atau kecewa pada orang tersebut, tetapi kita juga bisa memilih untuk belajar dari pengalaman tersebut dan menjadi lebih berhati-hati di masa depan.

Fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan

Stoikisme mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan, dan tidak khawatir dengan hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan. Misalnya, kita tidak bisa mengendalikan cuaca, tetapi kita bisa mengendalikan pakaian yang kita kenakan. Kita juga tidak bisa mengendalikan apa yang dikatakan orang lain tentang kita, tetapi kita bisa mengendalikan bagaimana kita menanggapinya.

Bersikaplah bijak dalam mengambil keputusan

Stoikisme mengajarkan kita untuk mengambil keputusan dengan bijaksana, dengan mempertimbangkan semua faktor yang relevan. Misalnya, ketika kita sedang mempertimbangkan untuk membeli sebuah barang, kita bisa mempertimbangkan harga, kualitas, dan manfaatnya.

Bersikaplah rendah hati

Stoikisme mengajarkan kita untuk bersikap rendah hati dan menyadari keterbatasan kita. Kita tidak sempurna, dan kita akan selalu membuat kesalahan. Misalnya, ketika kita berhasil mencapai sesuatu, kita bisa bersyukur atas pencapaian tersebut, tetapi kita juga bisa menyadari bahwa kita masih bisa lebih baik.

Kelebihan dan kekurangan stoikisme

Stoikisme adalah filsafat yang memiliki banyak kelebihan, tetapi juga memiliki beberapa kekurangan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan stoikisme:

Kelebihan stoikisme

  • Stoikisme bisa membantu kita mengatasi stres, kecemasan, dan depresi, yang sering dialami oleh banyak orang di zaman modern. Dengan mengikuti prinsip-prinsip stoikisme, kita bisa belajar untuk mengendalikan emosi kita, dan tidak terganggu oleh hal-hal yang tidak penting.
  • Stoikisme bisa membantu kita meningkatkan kinerja dan produktivitas kita, baik dalam pekerjaan, belajar, maupun hobi. Dengan mengikuti prinsip-prinsip stoikisme, kita bisa belajar untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan tidak terdistraksi oleh hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
  • Stoikisme bisa membantu kita menjadi orang yang lebih baik, lebih bijak, dan lebih bahagia. Dengan mengikuti prinsip-prinsip stoikisme, kita bisa belajar untuk hidup sesuai dengan alam, menghargai apa yang kita miliki, dan berbuat baik kepada semua makhluk hidup.

Kekurangan dan Kelebihan Stoikisme
ilustrasi: unsplash.com

Kekurangan stoikisme

  • Stoikisme bisa membuat kita terlalu pasif, acuh, atau apatis terhadap hal-hal yang sebenarnya perlu kita perjuangkan, ubah, atau perbaiki. Dengan mengikuti prinsip indiferensia, kita mungkin kehilangan motivasi, semangat, atau empati untuk berkontribusi bagi kemajuan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
  • Stoikisme bisa membuat kita terlalu keras, kaku, atau dogmatis dalam berpikir, berpendapat, atau bertindak. Dengan mengikuti prinsip pikiran rasional, kita mungkin mengabaikan peran intuisi, kreativitas, atau emosi positif dalam kehidupan kita. Kita juga mungkin sulit menerima pandangan, nilai, atau gaya hidup yang berbeda dari kita.
  • Stoikisme bisa membuat kita terlalu idealis, naif, atau utopis dalam mengejar tujuan hidup kita. Dengan mengikuti prinsip eudaimonia, kita mungkin menganggap bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang bisa kita capai secara permanen, tanpa menghadapi rintangan, konflik, atau penderitaan. Kita juga mungkin mengesampingkan faktor-faktor yang berada di luar kendali kita, seperti keberuntungan, nasib, atau takdir.

Penutup

Stoikisme adalah filsafat yang memiliki banyak kelebihan, tetapi juga memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kita perlu mengambil hikmah dan pelajaran dari stoikisme, tanpa harus mengikuti semua ajarannya secara buta.

Kita perlu menyesuaikan stoikisme dengan kondisi, situasi, dan preferensi kita masing-masing, agar kita bisa hidup dengan seimbang, harmonis, dan bermakna.

Referensi

Britannica. "Stoicism". Diakses 6 November 2023.

Gramedia. "Mengenal Stoikisme, Filosofi Hidup untuk Mendapatkan Kebahagiaan". Diakses 6 November 2023.

NatGeo Indonesia. "Menerapkan Stoikisme, Demi Hilangkan Stres Menjalani Kehidupan". Diakses 7 November 2023.

Posting Komentar

Arsip
Bagian dari